1000 Poems : Kami yang Hancur, Tapi Masih Berlari
Poems Series No. 43 sebuah puisi yang di buat untuk merayakan sakit hati, sebuah edisi puisi spesial yang terinsipirasi dari lagu berjudul "Derana" yang di populerkan oleh Band Ternama "For Revenge"
PUISISTORY1000 POEMSDAGPUISI KONTES
5/9/20252 min baca



1000 Poems, Series No.0043
Judul Asli : Kami yang Hancur, Tapi Masih Berlari
Ditulis Oleh : Musa
Terinspirasi dari sebuah lagu "Derana"
#1000Poems #Poems0043 #Mr_musa #mylovestillsame #thisforyou

Kami yang Hancur, Tapi Masih Berlari
Tiba saatnya
meninggalkan luka yang terlalu lama menetap
seperti nyanyian duka
yang tak lagi pantas dinyanyikan.
Kami bangkit
dari reruntuhan yang dulu disebut cinta,
dari reruntuhan yang dulu kami beri segalanya.
Tak lagi meminta kembali.
Tak lagi menanti.
Kini kami berdiri
di atas luka,
dan membiarkannya jadi bara.
Kami berlari.
Menerjang dunia yang dulu menertawakan tangis kami.
Kami tertatih, tapi hidup.
Kami koyak, tapi sadar.
Sang derana
yang pernah dikubur harapan,
yang pernah dikhinati oleh janji-janji manis
kini menyalakan nyala baru di dadanya.
Bukan untuk membalas.
Bukan untuk menang.
Tapi untuk menjadi utuh
tanpa harus memiliki apa yang hilang.
Di atas bumi ini,
kami yang tersisa
akan tetap bernyanyi.
Dengan tubuh tak sempurna,
dengan jiwa yang belajar berdamai.
Dan jika kau melihat kami menari
di tengah puing yang dulu kau tinggalkan
ketahuilah:
kami mungkin tak ditemukan lagi olehmu,
tapi kami akhirnya menemukan diri kami sendiri.

We Were Broken, But Still We Run
The time has come
to leave behind wounds that stayed too long
like sorrowful songs
that no longer deserve to be sung.
We rise
from the ruins once called love,
from the ashes we once gave everything to.
No longer begging.
No longer waiting.
Now we stand
upon our scars,
and let them become fire.
We run.
We charge through the world that once laughed at our tears.
We tremble, but we live.
We are torn, but aware.
The fallen ones
buried beneath promises,
betrayed by sugar-coated lies
now ignite a flame in their hollow chests.
Not to revenge.
Not to win.
But to be whole
without reclaiming what was lost.
On this earth,
we who remain
will still sing.
With imperfect bodies,
and souls learning to make peace.
And if you ever see us dancing
on the ruins you left behind
know this:
you may never find us again,
but we have finally found ourselves.

Wasak Kami, Pero Patuloy na Tumatakbo
Dumating na ang oras
para talikuran ang sugat na matagal nang nanatili
gaya ng awit ng lungkot
na hindi na karapat-dapat kantahin.
Bumangon kami
mula sa guho ng pag-ibig,
mula sa abo ng lahat ng ibinigay naming buo.
Hindi na kami humihiling.
Hindi na kami naghihintay.
Nakatayo kami
sa ibabaw ng peklat,
at hinayaang maging apoy ito.
Tumatakbo kami.
Sumasalubong sa mundong minsang tumawa sa aming pagluha.
Nanginginig man, buhay pa rin kami.
Punit-punit man, gising pa rin ang diwa.
Ang mga sugatang nilalang
na minsang ibinaon ng pangako,
na niloko ng matatamis na salita
ngayon ay muling sinindihan ang apoy sa dibdib.
Hindi para gumanti.
Hindi para manalo.
Kundi para muling mabuo
kahit hindi na maibalik ang nawala.
Sa mundong ito,
kami na natira
ay patuloy pa ring aawit.
Sa katawan na hindi perpekto,
sa kaluluwang natutong tumanggap.
At kung makita mo man kaming sumasayaw
sa gitna ng guho na iniwan mo noon
alamin mo:
hindi mo na kami muling mahahanap,
pero natagpuan na namin ang aming sarili.
Address
Ringroad, Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia
Contacts
+62-8216600-0140
official.1000poems@gmail.com
Business Inquiry
Business@1000poems.blog